Bandarlampung (ANTARA News) - Sosialisasi penggunaan kondom  perlu digencarkan agar makin populer di lokalisasi di Bandarlampung, sebagai upaya mencegah penyebaran HIV.

"Seharusnya sosialisasi tersebut harus didukung oleh mucikari sebagai pemegang kekuasaan penuh di lokalisasi," kata salah penghuni lokalisasi yang juga aktivis penanggulangan HIV, M Seila (32), di Bandarlampung, Jumat.

Menurut dia, mucikari memiliki pengaruh besar dalam menyebarkan kebijakan wajib mengenakan kondom bagi segala aktivitas di lokalisasi, karena masih banyak tamu yang enggan menggunakannya saat melakukan aktivitas seks.

"WPS (Wanita Pekerja Seks) tidak dapat berbuat apa-apa kalau konsumen enggan memakai kondom, jadi harus ada tekanan dari mucikari kepada tamu," kata dia.

Kampanye mengenai hal itu sudah dilakukan oleh KPA Kota Bandarlampung pada akhir 2010 lalu. Hasil tes HIV terbaru di lokalisasi di Panjang menyebutkan, enam WPS di tempat itu dinyatakan positif terinfeksi HIV.

"Itu merupakan hasil tes pada tanggal 3 Mei 2011 lalu, yang dilakukan secara sukarela oleh 20 penghuni," kata ketua Organisasi Pekerja Seks Indonesia (OPSI) Provinsi Lampung, yang menjadi mitra KPAI dalam penanganan penyebaran HIV di lokalisasi, Maya.

Dalam semalam, mereka biasa melayani empat sampai lima tamu, dan hampir semuanya tidak menggunakan kondom.

Jumlah WPS yang melakukan aktivitas tersebar pada dua lokalisasi di Bandarlampung, Pantai Harapan dan Pemandangan sekitar 300-an orang.

Sepanjang 2011, sudah dua kali diadakan tes HIV pada salah satu lokalisasi, yaitu Pemandangan.

Tes pertama,yang dilakukan secara "door to door" pada februari 2011,dan mampu menjangkau 140-an WPS di tempat itu menyatakan, lima diantaranya positif terinfeksi HIV.

Sedangkan pada tes kedua yang dilakukan Mei 2011, jumlah WPS yang terinfeksi bertambah satu orang, menjadi enam penghuni.

Maya berharap, sosialisasi penggunaan kondom 100 persen dilokalisasi dapat lebih dimaksimalkan, untuk menekan penyebaran virus tersebut.

Berdasarkan data KPA Kota Bandarlampung, jumlah kasus HIV/AIDS di kota itu sejak 2005 hingga Maret 2011 adalah sebanyak 214 kasus.

Data tersebut menunjukkan, bahwa ada peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS di Kota Bandarlampung, dan epidemik itu merupakan fenomena gunung es, karena masih banyak orang dengan HIV AIDS (ODHA) yang belum terdata dan tertangani.
(*)
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © 2011